Seperti daerah yang lain, Desa Blumbungan juga memiliki sejarah di balik terbentuknya nama Blumbungan. Sejarah ini tentunya memiliki sumber yang biasanya terdapat pada cerita turun-temurun melalui mulut ke mulut atau dongeng yang jika ditinjau dari masa kini terasa tidak masuk akal. Namun hal ini masih menjadi pegangan mengenai latar belakang desa yang dipegang teguh oleh masyarakat.
Sejarah Desa Blumbungan memiliki banyak versi setelah digali
dan ditelusuri dari berbagai sumber. Versi-versi tersebut kemudian dibagi dan
diambil garis besarnya sehingga diperoleh dua legenda dari bagian timur dan
barat. Legenda dari daerah timur adalah Legenda Blambangan dan daerah barat
Legenda Blumbang.
Legenda dari timur menceritakan tentang raja yang menyukai
kesenian terutama sronen (ludruk). Raja tersebut pada suatu hari
diundang untuk menghadiri pesta pernikahan dengan anggotanya. Sang raja bersama
anggotanya berjalan kaki menuju pesta tersebut. Selama perjalanan raja tersebut
membuat keris yang kemudian salah satu anggotanya bertanya tujuan membuat keris
di tengah perjalanan. Sang raja kemudian menjawab bahwa membuat keris tidak
harus pada tempat tertentu melainkan di mana pun itu boleh membuat keris serta
tujuan membuat keris ini untuk kepentingan masyarakat dan bukan demi
kepentingan pribadi.
Jaran kencak yang dan bunyi sronen mengiringi
kedua mempelai menyambut sang raja dengan kata selamat datang. Sang raja
kemudian dipersilakan untuk duduk di tempat khusus. Setelah acara inti, sang
raja diberi hidangan istimewa berupa bagian dalam ayam. Namun hidangan tersebut
tidak dimakan melainkan dibawa pulang terutama bagian langbalangan. Hal
ini dijelaskan oleh sang raja di tengah perjalanannya kepada anggota
rombongannya bahwa hidangan yang dibawa pulang itu terutama langbalangan
agar bisa dijadikan bagian kerajaannya. Nama langbalangan yang berarti
tempat menyimpan makanan ayam dijadikan nama kerajaan Blambangan. Nama tersebut
memiliki tujuan agar semua rakyat kerajaan tersebut bisa menyimpan hasil panen
sehingga menjadi rakyat yang makmur.
Legenda dari Barat menceritakan kisah yang berbeda namun
memiliki maksud dan tujuan yang sama. Legenda tersebut menceritakan tentang
nenek moyang Desa pada zaman dahulu yang dengan kesaktiannya membuat lumbung
besar (tempat untuk menyimpan hasil panen terutama padi) untuk semua warga Desa.
Hal ini dimaksudkan untuk semua masyarakat harus menyimpan hasil panennya agar
lebih aman dari pencuri. Lumbung tersebut dirancang dengan kuat dan tidak mudah
rusak oleh hama. Lumbung tersebut selanjutnya dinamakan blumbang yang berarti
penghematan. Harapannya menjadikan masyarakat bisa menghemat hasil pendapatan
agar bisa hidup lebih makmur. Sekarang ini tempat tersebut diubah dan dibangun
menjadi Pasar Blumbungan di Dusun Kaju Rajah.
Dua legenda tersebut antara Blambangan dan Blumbang dapat
ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari legenda menyatakan untuk bisa menghemat
penghasilan agar masyarakat hidup makmur dan sejahtera serta dapat menyesuaikan
dengan kerajaan lainnya. Pada masa penjajahan Belanda terjadi penyatuan antara
wilayah barat dan timur sehingga terbentuk desa baru yang dinamakan Desa
Blumbungan.
0 komentar:
Posting Komentar